Abad ke-6 SM
dianggap sebagai zaman sejarah yang patut mendapat perhatian. Di semua sisi
pemikiran manusia, ini menunjukkan suatu keberanian baru. Di semua tempat
manusia bangun menyadari tentang keburukan adat-istiadat raja-raja, ketua-ketua
agama, dan bencana-bencana yang menimpa mereka. Mereka melahirkan
pertanyaan-pertanyaan yang amat mendalam dan tajam, seolah-olah bangsa manusia,
telah sampai ke tingkat remaja setelah menempuh tingkat anak-anak selama dua
puluh ribu tahun. Di dalam abad ini di india lahirrlah Mahavira, maha guru
agama jaina, dan lahir juga Gautama pendiri Agama Budha. Di negri cina
lahir Konfusius pendidik mahaagung, di iran lahir Ash’aya dan lain-lain
guru, di yunani timbul suara Pythagoras, di bandar ephesus di asia minor lahir
Heraclitus menyambung perenungan dan penelitian ilmiah mengenai kejadian
benda-benda, begitulah gelombang pemikiran menghentak hingga gemanya
berbalas-balasan di semua tempat.
Dari latar
belakang di atas, kami dapat membuat rumusan masalah berupa sejarah
perkembangan agama Jain, pendiri agama Jain, konsep ketuhanan, ajaran dan kitab
suci agama Jain, dan ritual serta fenomena agama Jain.
A.
Sejarah
dan pengertian agama jainisme
Jainisme
adalah sebuah agama kuno di India yang
mana dikatakan berasal dari keluarga Dharma. Walaupun pengikutnya adalah
kelompok minoritas dengan lebih kurang 4,9 juta pengikut di India, pengaruh
pengikut Jain pada agama, etika, politik, dan ekonomi cukup besar. Penyebaran
luas konsep falsafah India seperti karma, ahimsa, mokhsa, dan reinkarnasi,
dilaksanakan juga oleh penganut Jain atau dikembangkan dari sekolah gagasan
Shramana, tempat asalnya Jainisme. Jainisme adalah agama tua di
India yang asal-muasalnya bersisian dengan Hindu. Beberapa kemiripan ajaran
Jainisme dan Hindu menimbulkan anggapan kalau agama ini salah satu sekte dari
Hindu.
Perbedaan
mendasar antara Jainisme dan Hindu terlihat pada Astika dan Nastika. Penganut
agama di India dibedakan atas 2 prinsip tersebut. Yang memegang prinsip
Astika menerima otoritas Weda sebagai kitab suci serta melibatkan
kepercayaan Brahmani. Nyaya, Mimamsa, dan Yoga termasuk ajaran-ajaran berdasar
Astika, dan berarti golongan Hindu. Sementara penganut agama yang
berprinsip Nastika menolak Weda dan kitab-kitab yang dipakai oleh pemeluk
Hindu. Jainisme termasuk kelompok ini dan lebih mendasarkan kepercayaan mereka
yang anti kekerasan.
Mengenai sejarahnya Jainisme (
bahasa sansekerta-Jainadharma), (bahasa Tamil-Samanam) adalah sebuah agama dharma.[2] Jaina bermakna penaklukan. Agama Jaina bermakna agama penaklukan.
Dimaksudkan penaklukan kodrat-kodrat
syahwati di dalam tata hidup manusiawi. sebenarnya ajaran agama jain ini telah
lahir sejak dulu, agama jain mengakui bahwa ada 24 Thirtankara atau jiwa
sempurna yang kesemuanya dipercayai telah menyebarkan ajaran agama jain
keseluruh dunia dari dua puluh empat thirtankara tersebut, Vardhamana atau yang
dikenal dengan Mahavira yakni Thirtankara yang ke 24 adalah tokoh jainisme yang
paling dikenal dan para penganut agama jain merasa ajaran jain telah cukup
sempurana tatkala ditangannya.
Agama Jaina sendiri lahir berdasarkan reaksi dari ketidak setujuannya terhadap ajaran-ajaran
agama Hindu, maka pada saat itu terjadi pemberontakan besar terhadap agama
Hindu yang dipimpin oleh Mahavira. Mahavira lahir pada tahun 599 SM, ayahnya bernama Sidarta
yang merupakan seorang anggota dalam majelis yang memerintah Bandar atau
kesatuan ketentaraan di india. Ibunya merupakan anak dari ketua majelis itu
yang bernama Tri Sala. Mahavira dilahirkan di wilayah republik Vaisali (Behar), di kampung
Basarh, kira-kira 27 mil di sebelah utara kota Patna.[3]
Kedua puluh empat Tirtangkara itu pula yang
dipercaya telah menyebarkan agama Jain ke dunia. Berikut ini urutan Tirtangkara,
yaitu :
1.
Rshba
atau Vrshaba, sapi jantan, emas;
2.
Ajita,
gajah, emas;
3.
Sambhava,
kuda, emas;
4.
Abhinandana,
kera, emas;
5.
Sumati,
burung, banagau, emas;
6.
padmaprabha,
bunga teratai, merah;
7.
Suparsva,
berupa swastika, emas;
8.
Chandravhaba,
bulan, putih;
9.
Suvihdi,
atau Puspadata, iakan lumba-lumba, putih;
10. Sitala,
berupasripasta, emas;
11. Sreyamsa, atau
Sreyan, badak, emas;
12. Vasupujya,
kerbau, merah;
13. Vimala, babi,
emas;
14. Ananta atau
Anatajid, burung lang, emas;
15. Dharma,
halilintar, emas;
16. Shanti, kijang,
emas;
17. Kunthu, kambing,
emas;
18. Ara, berupa
Nandyvarta, emas;
19. Malli, kendi,
biru;
20. Suvrata, atau
Munisuvrata, kura-kura, hitam;
21. Nami, keratai
biru, emas;
22. Nemi atau
Aristanemi, kulit kerang-kerangan, hitam
23. Parsva, ular,
biru;
24. Vardhamana,
harimau, emas.
B.
Pendiri agama Jain
Mahavira (yang artinya
"pahlawan besar") adalah nama yang biasa digunakan kaum Jain untuk
Vardhamana, tokoh utama pengembang agama mereka.
Vardhamana dilahirkan sekitar tahun
599 SM di India sebelah timur laut, di daerah yang sama dengan Gautama Buddha
dilahirkan walaupun segenerasi lebih dulu. Anehnya, peri kehidupan kedua orang
itu banyak persamaannya yang menarik. Vardhamana anak terkecil seorang pemuka,
dan seperti juga Gautama dibesarkan dalam gelimang kemewahan. Di umur tiga
puluh tahun, dia jauhkan kekayaan, familinya (dia punya istri dan seorang anak
perempuan), meninggalkan lingkungannya yang nyaman, dan memutuskan mencari
kebenaran dan kepuasan spirituil.
Vardhamana menjadi pendeta aliran
disiplin Parsvanatha yang meski kecil namun teramat keras aturannya. Selama dua
belas tahun dia melaksanakan meditasi dan renung diri, dan selama itu
melaksanakan batasan-batasan moral serta hidup dalam kemiskin-papaan. Kerap
puasa, tak punya milik pribadi dalam bentuk apa pun, tidak sebuah cangkir atau
pun piring untuk meneguk air dan mengumpulkan sesuap nasi pemberian orang.
Meskipun mulanya ada dia berbaju, tetapi kemudian dicampakkannya dan berjalan
kian kemari dalam keadaan tubuh sepenuhnya telanjang bulat. Dia biarkan
serangga merayapi badannya dan tak diusirnya walau binatang itu menggigit
kulitnya. India itu tempatnya orang-orang suci berkeliaran kian kemari, masuk
kampung keluar kampung, melompati got dan selokan, jauh lebih banyak dari
sebangsanya di Barat. Walau penampilan dan tingkah laku Mahavira sering-sering
menimbulkan godaan orang, cercaan, hinaan dan gamparan, toh kesemuanya itu
ditelan dan diendapnya belaka tanpa balasan.
Tatkala umurnya mencapai empat puluh
dua tahun, Mahavira memutuskan bahwa dia pada akhirnya sudah mencapai kecerahan
spirituil. Dia habiskan sisa umur yang tiga puluh tahun berkhotbah dan mengajar
pendalaman spirituil yang sudah diraihnya. Ketika dia tutup mata di tahun 527
SM, dia sudah peroleh banyak pengikut.
Dalam beberapa hal doktrin Mahavira
amat mirip dengan ajaran Buddha dan Hindu. Kaum Jain percaya bahwa apabila
jasad manusia mati, sang jiwa tidaklah ikut-ikutan mati bersama sang jasad tapi
beralih (reinkarnasi) ke badan lain (tak perlu badan manusia) Doktrin
perpindahan jiwa ini adalah salah satu dasar pemikiran faham Jainist. Jainisme
juga percaya kepada karma, doktrin tentang etika konsekuensi dari sesuatu
perbuatan akan menimpanya pula di masa depan. Untuk mengurangi bertambahnya
beban dosa dari sesuatu jiwa, yakni menyucikannya, merupakan tujuan utama dari
ajaran agama Jain. Sebagian Mahavira mengajarkan, ini bisa dicapai dengan cara
menjauhi kesenangan. Khusus buat pendeta-pendeta Jain, dianjurkan melaksanakan
hidup dengan kesederhanaan yang ketat. Adalah suatu kemuliaan apabila seseorang
membiarkan dirinya mati kering-keranting kelaparan!
Aspek ,agama Jain yang sangat
penting adalah tekanannya pada doktrin ahimsa atau tanpa kekerasan. Jain
menegaskan bahwa ahimsa termasuk sikap tanpa kekerasan terhadap binatang dan
manusia. Akibat dari kepercayaan ini, mereka "vegetarian" alias cuma
makan tetumbuhan, termasuk rumput dan alang-alang, kalau doyan. Tapi, penganut
yang taat kepada agama Jain ini berbuat lebih jauh lagi dari itu: nyamuk yang
menggigit kulit dibiarkan semau-maunya; biar lapar, tidak bakalan mau makan di
tempat gelap. Bukankah kalau gelap jangan-jangan bisa kemasukkan lalat atau
tertelan kalajengking? Makanya, kalau penganut Jain mau menyapu dia punya jalan
atau pekarangan, dia akan rogoh kantong upah orang lain melakukannya, takut
siapa tahu nginjak serangga atau cacing.
Dari kepercayaan-kepercayaan macam
begini, jelaslah penganut Jain sukar diharapkan tergerak untuk mencangkul
tanah. Di tanah banyak semut, gasir, jangkrik dan rupa-rupa binatang kecil,
bukan? Bisa mati kegencet mereka itu! Maka nyatanya memang orang-orang Jain
tidak bergerak di bidang pertanian. Dan banyak lagi kerja tangan yang dilarang
oleh agama mereka. Walhasil, agama Jain bisa dijadikan contoh seberapa jauh
sesuatu kepercayaan bisa mempengaruhi tingkah laku dan cara hidup masyarakat.
Meskipun mereka hidup di atas tanah areal agrikultur, mayoritas penganut Jain
berabad lamanya berkecimpung di bidang perdagangan. Sikap agama Jain mendorong
mereka bekerja rajin. Akibatnya, tidaklah mengherankan apabila orang-orang Jain
tergolong berada dan partisipasi mereka dalam kegiatan kesenian dan intelektuil
India cukup banyak dan menonjol.
Asalnya, agama Jain tak punya sistem
kasta. Tapi, berkat interaksi yang terus-menerus dengan agama Hindu, sistem ini
berkembang juga di dalam Jainisme, meskipun tidaklah seekstrim Hindu. Hal
serupa, meskipun Mahavira sendiri tidak berbicara perihal Tuhan atau dewa-dewa,
lewat kontak itu semacam penyembahan terhadap dewata muncul juga. Karena tak
ada bahan-bahan tulisan oleh Mahavira, perembesan Hinduisme ke Jainisme tidaklah
dapat dihindari. Dari jurusan lain ada pula pengaruh yang masuk, yaitu Jainisme
yang mempengaruhi Hinduisme. Misalnya, penolakan Jainisme terhadap pembunuhan
binatang dan makan daging tampaknya mempengaruhi kalangan agama Hindu. Lebih
jauh lagi, doktrin Jain tentang "tanpa kekerasan" telah menjadi
pengaruh yang berkelanjutan dalam pikiran orang India, bahkan hingga ke jaman
modern. Misalnya, Gandhi teramat kuat terpengaruh oleh ajaran-ajaran filosof
Jain Shrimad Rajachandra (1867 - 1900), yang dianggapnya salah seorang gurunya
atau guru spirituilnya.
Agama Jain tak pernah punya pengikut
dalam jumlah besar. Kini seluruh jumlah mereka di India hanya sekitar
2.600.000. Ini rasanya bukanlah suatu jumlah besar dalam kaitan dengan jumlah
penduduk dunia. Tapi, bila digabung jumlah mereka dalam masa antara 2500 tahun,
tentu merupakan jumlah yang besar juga. Dalam hal menetapkan arti penting
Mahavira, orang harus memperhitungkan agama Jain, yang mungkin lebih dari
lain-lain agama, punya pengaruh yang lestari terhadap kehidupan para
penganutnya.[4]
C.
Konsep
ke-Tuhanan, ajaran dan kitab suci
Jainisme
1.
Konsep
tentang Tuhan
Agama
jain atau jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau
penguasa dunia ini. Walaupun demikian menurut Hut Chison, paham jainisme tidak
termasuk atheis, melainkan disebut non-teisme. Penyebutan ini didasarkan pada
corak pada agama tersebut tentang apa yang disebut tuhan. Agama Jain
mengakui keberadaan apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa
sang maha kuat tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam
dosa dengan sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya. Para
pakar telah mencoba meneliti mengapa jainisme menolak tuhan, namun mereka baru
memperkirakan saja mengenai sebab tersebut.Yakni yang pertama. Jainisme
merasa tuhan-tuhan itu tidak ada perlunya karena manusia sendiri mampu mencapai
kelepasan melalui kekuatannya sendiri tanpa harus bergantung secara neurotik terhadap
kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya. Kedua, karena
tuhan-tuhan itu malah seolah-olah dianggap sebagai hal yang dijelaskan
berdasarkan prinsip-prinsip irasional. Sebab lainnya yang perlu dipertimbangkan
adalah latar belakang krisis politik dan kemerosotan kemasyarakatan pada saat itu. Kemudian
pentingnya upacara korban dan pentingnya kedudukan para Brahmana sebagai tulang
punggung sistem kasta.[5]
2.
Ajaran agama Jainisme
Jainisme
tidak lain adalah gerakan revolusioner terhadap sebagian ajaran Hindu yang
pengaruhnya meresahkan masyarakat.
Sistem kasta telah menciptakan benih permusuhan dan kebencian antar-golongan.
Jiwa masyarakat yang tadinya bersatu, diguncang dengan kedengkian satu sama
lain karena sistem pelampisan sosial yang ekstrim tersebut. Ketika sistem kasta
tersebut, menurut keyakinan Hindu dianggap sebagai kehendak dewa, Mahavira
menentangnya akibat penentangan itu, Jainisme dianggap aliran Atheis. Dari
sinilah terjadi kekosongan besar pada agama Jain karena sikap Mahavira tidak
mengakui dewa, padahal pengakuannya tersebut bisa menyempurnakan aliran baru
yang diserukan itu.
Diantara kepercayaan Jainisme adalah
tidak mengakui sistem kasta. Kala itu, setiap orang berusaha untuk terbebas dari kasta yang
kemungkinan kecil hanya didapat dengan bekerja. Pada sisi lain, Jainisme
melihat bahwa kemampuan manusia tentu berbeda dalam menanggung dan menjalankan
ajarannya. Karena itu, mereka membagi manusia menjadi dua golongan sesuai
kemampuan: golongan khusus dan golongan umum (awam). Golongan
khusus adalah pendeta-pendeta, orang-orang pertapa yang mengamalkan
latihan-latihan berat dan pengharaman diri serta meninggalkan keluarga dan
rumah karena menjelajahi negara-negara, kota-kota, dan kampung-kampung. Sementara
golongan umum adalah mereka yang mengambil jalan yang dilalui oleh orang-orang
khusus tadi.
Jainisme didirikan dan dikembangkan oleh 24 orang Tirthankara. Tirthankara
adalah seorang yang menyeiaka kapal yang besar untuk menyebrangi luasnya lautan
Samsara. Kapal itu adalah Dharma dan Tirthankara itu adalah objek ibadahnya,
yang merevitalisasi ajaran Dharma di dunia.
Ajaran agama TÄ«rthaá¹…karas
membentuk dasar untuk Jain kanon. Pengetahuan batin TÄ«rthaá¹…kara sempurna dan
identik dalam segala hal dan ajaran mereka tidak bertentangan satu sama lain.
Namun, tingkat elaborasi bervariasi sesuai dengan kemajuan spiritual dan
kemurnian masyarakat selama periode kepemimpinan mereka. Semakin tinggi
kemajuan spiritual dan kemurnian pikiran masyarakat, semakin rendah elaborasi
yang dibutuhkan. Sementara Tirthankaras didokumentasikan dan dihormati oleh
orang-orang iman Jain, kasih karunia mereka dikatakan tersedia bagi makhluk
hidup, terlepas dari orientasi keagamaan.
Asketisme[6]
Menurut jainada dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama
bahwa kehidupan asketik dianggap sebagai salah satu macam atletikisme spiritual
yaitu latihan spiritual para atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa
kehidupan asketik itu menempatkan prinsip serba dua antara materi dan spirit
(jiwa). Alu mencari cara untuk membebaskan jiwa yang terkurung dalam daging.
Jainisme sangant mementingkan asketisme.Hal ini diandaikan sebagai
perjuangan mahavira untu memperoleh pengetahuan agung.Karena itu sifat asketik
jainisme menjadi bgitu ekstrim dan ketat.
Etika Penganut Agama Jain[7]
Masyarakat
jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima
disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini
benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik.Sementara dalam kasus orang umum hal
itu bisa di modifikasi.
Untuk
pendeta ada lima sumpah yang disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi
orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1)
ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya
(tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik
pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan
pikiran, perkataan dan prbuatan).Dalam hal orang umum, aturan ini bisa di
modifikasi dan disederhanakan.
Untuk
orang awam ada 12 aturan yang semula berasal dari aturan pendeta. Keduabelas
aturan tersebut yaitu :
1)
Tidak pernah
menyengaja melenyapkan kehidupan dari makhluk yang berorgan indra
2)
Tidak pernah
berbohong
3)
Tidak mencuri
4)
Tidak berzina
5)
Tidak tamak
6)
Menghindari
godaan-godaan
7)
Membatasi
jumlah barang yang dipakai sehari-hari
8)
Menjaga hal
yang berlawanan dengan usaha untuk menghindari dari kesalahan-kesalahan
9)
Menjaga
periode-periode meditasi yang telah dicapai
10)
Mengamati
periode-periode penolakan diri
11)
Memanfaatkan
periode-periode kesempatan menjadi pendeta
12)
Memberi sedekah
Umat awam juga
memegang prinsip ahimsa, dengan melakukan diet vegetarian dan selanjutnya
melarang diri makan telor.[8]
Konsep
tentang karma
Jainisme tetap
menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india, dan
mengajarkan bahwa karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep
karma dalam jainisme berpangkal pada prinsip dualism antara jiwa dan
benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut jainisme tubuh manusia itu
memenjarakan jiwanya.
Menurut
jainisme karma adalah energy jiwa yang dengan energy itu menyebabkan
penggabungan jiwa dan benda dan kekotoran berikutnya dari jiwa itu. Menurut
jain karma bisa dibersihkan, prose pembersihan karma disebut dengan nirjana,
jika proses nirjana ini berjalan terus tanpa rintagan maka pada akhirnya semua
karma akan tercabut dari jiwa dan akan mencapai tujuan utama hidup.
Tujuan utama
dari orang Jain adalah menjadi seorang Paramatman, satu jiwa yang sempurna. Ini
akan dicapai ketika semua lapisan karma, yang dianggap sebagai substansi,
dibuang, yang memungkinkan jiwa muncul ke atas sampai di langit-langit alam
semesta, dari kegelapan kepada cahaya, dimana, di luar Dewa-dewa dan
perpindahan jiwa yang sedang terjadi, jiwa tinggal selamanya dalam kebahagiaan
yang sunyi dari moksha. Moksha didefiniskan dalam agama Jain sebagai
pembebasan, penyatuan diri (self-unity) dan integrasi, kesendirian yang murni
dan ketenangan yang abadi, bebas dari tindakan dan keinginan, bebas dari karma
dan kelahiran kembali. Moksha dapat dicapai dalam hidup ini atau pada waktu
setelah mati. Ketika ia dicapai, manusia telah memenuhi tujuannya sebagai
manusia-Tuhan (man-God). Bagi agama Jain tidak ada Tuhan pencipta dan, karena
itu, tidak ada persatuan dengan Tuhan.Hakikat dari jiwa adalah kesadaran murni,
kekuatan, kebahagiaan dan maha tahu.[9]
3.
Kitab suci agama Jainisme
Kitab
suci di dalam agama Jain (Siddhanta) itu bermakna : pembahasan. Dan kitab suci Jain bisa disebut dengan nama
Agamas yang bermakna : perintah, ajaran, dan bimbingan. Kitab suci Jain hanyalah sekumpulan 55 khotbah Mahavira,
beberapa pidato dan wasiat yang berhubungan dengan para murid, pendeta, dan
ahli ibadah aliran tersebut. Warisan ini turun-temurun berpindah secara lisan
yang baru terkumpul pada abad ke-4. Pada waktu itu, para pemuka agama Jain
berkumpul di kota Paleopatra. Mereka berdiskusi perihal kodifikasi warisan Mahavira
tersebut karena khawatir hilang dan tercampur dengan sesuatu yang lain. Mereka
mengumpulkan sebagian isi kitab dalam beberapa buku dan berselisih tentang
sebagian sumbernya.Namun, mereka belum berhasil menyatukan suara masyarakat
guna menyepakati rencana kodifikasi tersebut.
Oleh karena itu, penulisan
undang-undang Jainisme ditunda sampai tahun 57 M. akhirnya, mereka membukukan
sebagian naskah yang didapatkan setelah cukup banyak kehilangan warisan tersebut. Pada abad ke-5 M,
mereka menyelenggarakan pertemuan lain di kota Welapehi yang menyepakati
pendapat terakhir tentang warisan Jainisme yang mereka anggap suci. Kali
pertama, buku tersebut ditulis dalam bahasa Ardaha Majdi, (bahasa
kepustakaan sebelum masehi) kemudian
ditulis dengan bahasa Sanskerta pada abad-abad Masehi. Selain itu orang Jain
juga percaya dengan permata yakut yang tiga atau bisa disebut Tiga Ratna Jiwa
diantaranya yaitu:
1.
Permata atau mutiara yang pertama
Adalah itikad yang sah, dialah puncak penyelamatan.
Maksud mereka adalah percaya kepada para pemimpin Jain yang dua puluh empat
itu. Itulah aturan yang dipuja dan jalan yang lurus. Itikad yang sah tidak ada
kecuali setelah diri terlepas dari kotoran-kotoran dosa yang melekat padanya dan yang menghalangi sampainya
ruh kepada itikad ini.
2.
Permata atau mutiara yang ke dua
Adalah ilmu yang benar, maksudnya adalah pengetahuan
mengenai alam dari kedua segi rohaninya dan kebendaan serta membedakan diantara
keduanya. Martabat pengetahuan ini
berlainan menurut kekuatan penglihatan hati dan kejernihan ruh. Seseorang yang
memisahkan pengaruh dari kekuatan rohani
serta sinarnya dapat melihat alam dalam bentuk yang sebenarnya, segala hakikat
terbentang di depannya, tabir-tabir tebal tersingkap darinya yang
menyebabkannya dapat membedakan antara kebenaran dan kesalahan, antara sangkaan
dan keyakinan. Dia tidak diraguhkan oleh apapun . Ilmu pengetahuan yang benar
ada sesudah itikad yang sah.
3.
Permata atau
mutiara yang ke tiga
Adalah akhlak yang
benar, maksudnya adalah bersifat dengan
akhlak Jain seperti melakukan kebaikan meninggalkan keburukan, tidak membunuh,
tidak berbohong, tidak melakukan pencurian, tidak melakukan kecurangan dan
berzuhud dengan barang-barang kepunyaan sendiri.
Ketiga mutiara ini saling berkaitan.Tatkala seorang manusia itu
telah sempurna maka dia mendapati suatu kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak dapat ditandingi oleh kenikmatan
dan kebahagiaan manapun.
D.
Ritual
ibadah dan fenomena agama Jainisme
1.
Praktek
ritual agama Jainisme
a.
Samayik
(keadaan keseimbangan)
Adalah salah satu praktek ritual yang paling penting
dari Jainisme di mana kami mencoba untuk mendekati jiwa kita. Selama samayik,
kita duduk di satu tempat selama empat puluh delapan menit mengisolasi diri
dari rumah tangga sehari-hari, sosial, bisnis, atau kegiatan sekolah.
b.
Chaturvimsati
(menyembah 24 tirthankara)
Merupakan ritual keagamaan penting Jainisme. Ketika
seseorang mencapai Sambhav di Samayik, orang berpikir tentang mereka
kepribadian yang besar yang menunjukkan jalan `samta`. Yang berikutnya juga
berpikir tentang Gunas mereka (karakteristik). Ini adalah konsep di
balik chaturvimsati. Vandan (menawarkan salam ke saddhus (bikhu) atau
sadvhis (bikhuni)
Selama vandana, kita tunduk kepada para
biarawan dan biarawati dan mengungkapkan rasa hormat kita kepada mereka. Mereka
adalah pemandu agama kita saat ini, dan preceptors. Sementara membungkuk, kita
menjadi rendah hati, dan dengan demikian, ini membantu kita untuk mengatasi ego
dan amarah.
c.
Pratyakhyan
(penolakan)
Ini adalah
penolakan formal kegiatan tertentu, yang mengurangi atau menghentikan aliran
dari karma. Pratyakhyan membantu kita untuk belajar mengendalikan keinginan
kita dan mempersiapkan kita untuk penolakan yang lebih besar.
d.
Ibadah Harian
Umat
jain juga taat melaksanakan ibadah harian atau pemujaan harian yakni
penyembahan terhadap berhala. dalam penyembahan berhala ada tiga tingkatan atau
tiga tahap yakni puja, vandan kirtan dan aarati.
1) Puja dalam penyembahan ini ada 8 macam yakni:
a) Jala (Air) Puja : Air melambangkan laut. Setiap makhluk hidup terus
perjalanan melalui laut kelahiran, kehidupan, kematian, dan penderitaan. Puja ini
mengingatkan bahwa orang harus menjalani hidup dengankejujuran, kebenaran,
cinta dan kasihsayang terhadap semua makhluk hidup. Dengan cara ini orang
akan mampu menyeberangi Samudera Hidup dan mencapai Moksha atau pembebasan. Jalur pembebasan adalah Samyak Darshan, Samyank Jnan dan Samyak Charitra dalam agama Jain.
akan mampu menyeberangi Samudera Hidup dan mencapai Moksha atau pembebasan. Jalur pembebasan adalah Samyak Darshan, Samyank Jnan dan Samyak Charitra dalam agama Jain.
b) Chandan (Sandal kayu) Puja
: Chandan melambangkan Pengetahuan (Jnan). Selama puja ini,
kita harus merenungkanPengetahuan yang tepat. Pengetahuan yang benarberarti
pemahaman yang tepat tentang realitas yangtermasuk Jiwa, Karma, danhubungan
mereka. Jainsim percaya bahwa Pat dari Pengetahuan adalah jalan utama untuk mencapai pembebasan.
c) Pushpa (Bunga) Puja:Bunga melambangkan perilaku. Perilaku
kita harus seperti bunga, yang menyediakankeharuman dan keindahan kepada semua
makhluk hidup tanpa diskriminasi. Kita harus hidup hidup seperti bunga dengan
penuh cinta dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup.
d) Dhup (Dupa) Puja:Dhup melambangkan kehidupan pertapa.
Sambil membakar sendiri, Dhup memberikan keharumanlain. Demikian pula biarawan
dan biarawati benar menghabiskan seluruh hidup mereka tanpa pamrih untuk
kepentingan
dari semua makhluk hidup. Puja ini mengingatkan bahwa seseorang harusberkembang untuk hidup asketis yangakhirnya mengarah pada pembebasan.
dari semua makhluk hidup. Puja ini mengingatkan bahwa seseorang harusberkembang untuk hidup asketis yangakhirnya mengarah pada pembebasan.
e) Deepak (Candle) Puja:Nyala Deepak merupakan Kesadaran
Murni atau Jiwa tanpa perbudakanatau Jiwa Dibebaskan. Dalam Jainsim, jiwa
seperti ini disebut Siddha atau Tuhan. Tujuan utama dari setiap makhluk hidup adalah menjadi bebas
darikarma.
f) Akshat
(Beras) Puja:Beras rumah tangga adalah jenis biji gandum, yang non-subur.Satu
tidak bisatumbuh tanaman padi dengan penyemaian padi rumah tangga.
Secarasimbolis itu berarti bahwa beras merupakankelahiran terakhir. Dengan
melakukan puja satu ini harus berkembang untuk menempatkan semua upaya dalam
kehidupan sedemikiancara bahwa kehidupan ini menjadi kehidupan lalu seseorang
dan setelah akhir kehidupan yang satu ini akandibebaskan dan tidak akan
terlahir kembali.
g) Naivedya (Manis) Puja:Naivedya melambangkan makanan
lezat. Dengan melakukanpuja ini, kita harus berkembang untuk mengurangi
ataumenghilangkan keterikatan pada makanan lezat. Makanan sehat sangat penting
untuk kelangsungan hidup,
Namun tidak ada yang harus hidup untuk makan makanan lezat. Tujuan utama dalamkehidupan seseorang adalah untukmencapai kehidupan di mana tidak ada makanan sangat penting bagi keberadaan kita dan itu adalah kehidupan dibebaskan
jiwa, yang tinggal di Moksha selamanya dalam kebahagiaan tertinggi.
Namun tidak ada yang harus hidup untuk makan makanan lezat. Tujuan utama dalamkehidupan seseorang adalah untukmencapai kehidupan di mana tidak ada makanan sangat penting bagi keberadaan kita dan itu adalah kehidupan dibebaskan
jiwa, yang tinggal di Moksha selamanya dalam kebahagiaan tertinggi.
h) Fal (Buah) Puja:Buah melambangkan Moksha atau Liberation.
Jika kita menjalani hidup kita tanpa lampiran
untuk urusan duniawi, terus melakukan tugas kita tanpa
harapan dan penghargaan, disaksikan semua peristiwa yang terjadi di sekitar dan di
dalam kita, benar-benar ikuti kehidupan pertapa, dan memiliki cinta dan kasih
sayang kepada
semua makhluk hidup, kita akan mencapai buah Moksha atau pembebasan.
Ini adalah puja terakhir melambangkan akhir
pencapaian hidup kita.
Pada akhirnya kami menghiasi berhala-Call Aangi-biasanya sangat menarik, menciptakan bhav baikselama Darshan.
Pada akhirnya kami menghiasi berhala-Call Aangi-biasanya sangat menarik, menciptakan bhav baikselama Darshan.
2) Vandan Kirtan
Setelah penyembahan berhala dilakukan, kita lakukan bahv
puja, membaca studi, lakukan chaitya Vandan dll. Semua upacara membantu kami dalam dua cara. Pertama, kita
merasa senang, hati kita mengalami suatusukacita internal. Kedua, membantu
dalam menghancurkan kashayas, bibit tanamankualitas baik dalamkita dan
menghancurkan banyak karma. Memahami arti dari semuasutra pasti membantu
kitadalam meningkatkan bhava, sukacita dan bukannya ritual, menjadi kebutuhan
sehari-hari.
3)
Aarati
Biasanya aarati telah dilakukan di malam. Ini melambangkan kegembiraan
setelah melakukan semua kegiatan agama di kuil. Ini menghancurkan semua karma dan membawa
kebahagiaan hidup.
2.
Perayaan
agama Jain
a.
Dua
belas tithies
Dua
belas tithis di setiap bulan-2, 5, 8, 11, 14 dan 15 hari masing-masing setengah
siklus bulan. Kebanyakan Jain mengamati lima hari, Shukla
5th, dua 8th dua hari ke14. Jainshastra menunjukkan Aaushyaabandh untuk
kehidupan selanjutnya terjadi pada salah satu dari hari-hari ini.
b. Hari Tahun Baru
Kartak shukla akam gautam berenang yang Keval ghyan hari
c. Ghyan panchmi
Ghyan panchmi adalah 5 hari Tahun Baru. Upaya terkonsentrasi terhadapmenghapus
ghyanavarniya karma. Kitab Suci disembah dengan besarpengabdian.
Bukudibersihkan dan diperbaiki jika diperlukan.
d. Chaumasi chaudas
Tiga Shukla Chaudas di bulan Kartak, Falgun dan Ashadh.
e. Dev Diwali atau Kartak poonam
Akhir Chaturmas atau musim hujan-sadhus Restart vihar dan
pegunungan shatrunjaymembuka kembali bagi para peziarah
f. Mauna agiyaras
Ini adalah hari yang sangat menguntungkan sebagai
benar-benar 150 Kalyanaks (dalam 10 bhumies karma)telah terjadi. Dalam Bharat
itu adalah hari ulang tahun Diksha kalyanak dari18th Tirthankar Aarnathj,
kevalghyan kalyanak, untuk ke-21 Tirthankar Neminathjidan Kelahiran, Diksha dan
Keval ghyan kalyanak untuk ke-19 Tirthankar Mallinathji.Setiap kegiatan
relegious dilakukan pada hari ini lebihbermanfaat daripada hari lain.Terutama
kita mengamati diam, tetap dalam meditasi sepanjang hari. Cepat dilakukanpada
hari ini memberikan buah dari 150 puasa.
g. Poh dasmi
Tiga hari puasa (sebagian atau lengkap) jatuh pada VAD 9,
10 hari-11margshirsh.Three kalyanaks dari 23 Tirthanker Parshvanathji di
Magshirsh.
h. Navpad
Oli Parva adalah puasa parsial, satu kali makan sehari tanpa vigai,
sembilan hari berurutan dan meditasi diarahkan ke Navpad atau siddhachakra Aradhna,
biasanya jatuh pada (April dan Oktober) Lunar bulan Chaitra & Aso dari 7 hingga
hari ke-15.
i.
Mahavir
Janma
Chaiitra shukla teras Anda simbolik snatra pooja
dilakukan. Jain berkumpul untuk mendengarkanPesan Mahavirs, presentasi dramatis
Trishlas mimpi dan kelahiran Bhagwans.
j.
Akshay
trutiya
Vaishak shukla trija-Bhagwan Rishabhdev bisa mendapatkan
yang tepat alm (dengan air tebu) setelah 400 hari puasa. Jain memberi penghormatan
kepada Palitana atau Hastinapura Tirth hari ini.
k. Paryushan parva
Parva ini dikenal sebagai raja semua parvas. Delapan atau
10 hari periode selama Jain yang cepat, melakukan enam hal penting yang jantung
dari semua Tanpa Kekerasan tujuh hari pertama
adalah jenis atau pra-persiapan hari untuk final
hari-hari pengakuan dosa.
Orang-orang pergi ke kuil setiap hari, mendengarkan wacana di
upashraya. Biasanya, Acharya maharaj membaca kalpa sutra,
dan gaandhaarwad
l.
Kehidupan
Mahavirs.
Digmbers merayakan selama sepuluh hari - setiap hari
selama 10 atribut nyata jiwa jugadisebut Das-Lakshna parva.
m. Perayaan
Diwali
Perayaan Diwali menandai peringatan
Mahavira. Ketika Mahavir meninggalkan tubuh-Nya di bumi selamanya, itu adalah
malam gelap Aso Amas. 18 Kings dijemaat memutuskan untuk menerangi lampu-Divas.
Ini menciptakan cahaya yang luar biasa. menandakan bahwa pengetahuan Mahavir masih hidup
Dalam agama Jainisme, dosa bunuh diri
dianggap sama beratnya dengan membunuh orang lain. Kitab-kitab umumnya
mengatakan bahwa kematian dengan cara bunuh diri mengakibatkan seseorang
menjadi hantu. Bagaimanapun, agama Jainisme menganggap bahwa bunuh diri melalui
puasa dengan berbagai keadaan tertentu dapat diterima. Perbuatan ini yang
dikenali sebagai Sallekhana,
yang memerlukan banyak waktu dan daya pikir sehingga tindakan tersebut tidak
lagi merupakan suatu tindakan yang mengikuti suara hati. Perbuatan tersebut
juga memberikan waktu untuk seseorang menyelesaikan semua urusan duniawinya,
merenung tentang kehidupan, serta mendekati diri dengan Tuhan.
Jainisme, Secara tradisional dikenal
sebagai Jaina , adalah sebuah agama India yang mengatur jalan non-kekerasan
terhadap semua makhluk hidup. Ini adalah salah satu agama tertua di dunia
menemukan akarnya di India kuno. Tradisi mengatakan bahwa keyakinan ini telah
diberitakan oleh suksesi dua puluh empat dai iman yang dikenal sebagai
tirthankara. Jainisme menekankan kemandirian dan kesetaraan antara semua bentuk
kehidupan. Praktisi agama ini percaya bahwa non-kekerasan dan pengendalian diri
adalah cara yang mereka dapat memperoleh pembebasan dari siklus reinkarnasi
Ritual ini bisa dibilang sangat ekstrim
dimana seseorang penganut ajaran ini melakukan puasa hingga ia meninggal.
Sallekhana adalah ritual agama Jain untuk bunuh diri dengan berpuasa. Karena
sifat berkepanjangan Santhara, seseorang diberikan waktu yang cukup untuk
merenungkan hidupnya. Sumpah Sallekhana diambil ketika seseorang merasa bahwa
kehidupannya telah mencapai puncaknya. Tujuan dari sumpah ini adalah untuk
membersihkan karma lama dan mencegah terciptanya karma yang baru.
Seorang yang sedang menjalankan ritual sumpah
sallekhana hingga meninggal dan setelah meninggal akan dibakar namun sebelumnya
di arak sebagai simbol kebanggaan telah menjalani ritual tersebut untuk menuju
ke hadapan Yang Maha Kuasa.
PENUTUP
Agama
Jain adalah agama yang ada sejak abad 6 sebelum Masehi. Agama ini adalah agama
yang hanya ada di negara India. Pendiri agama ini adalah Mahavira yang diyakini
merupakan Tirtangkara ke dua puluh
empat. Agama ini merupakan bentuk penberontakan atau ketidaksetujuan terhadapa
ajaran agama Hindu yang dikuasai oleh kaum Brahmana. Agama ini lahir dari kaum
kesatria agama Hindu yang merasa tidak cocok dengan kaum Brahmana. Agama ini
memiliki ajaran berupa larangan membunuh semua makhluk hidup. Agama ini juga
mengajarkan tentang penyelamatan, yaitu pembebasan ruh dari karma dan ruh yang
kekal di dalam kenikmatan yang abadi. Jalan yang ditempuh untuk mencapai
penyelamatan sangat sulit dan berat. Yaitu ahli ibadah tidak di perbolehkan
menyakiti manusia atau binatang walau sedikitpun, menundukkan segala perasaan,
emosi, dan keinginan. Untuk mencapai keadaan seperti ini, seorang pendeta di
haruskan tidak merasa kasih atau benci, suka atau duka, panas atau dingin,
takut atau malu, lapar atau dahaga, dan baik atau buruk.[11]
Hal ini di buktikan bertelanjang tanpa merasa malu dan mencabut rambut di
sekujur tubuh tanpa merasa sakit, karena kalau dia merasakan kebaikan atau
keburukan dalam kehidupan di dunia ini atau peraturan peraturan yang sudah
ditentukan, maka ini berarti dia masih bergantung dengan semuanya dan masih
tunduk kepada ukuran-ukurannya. Keadaan bergantung pada duniawi akan menjauhkan
seseorang dari penyelamatan. Agama Jaina di namakan agama telanjang dan agama
bunuh diri karena mengajarkan bertelanjang dan berlapar-lapar hingga mati.
Kuil Sonagiri terletak di
puncak bukit kota Sonagiri (arti: puncak emas). Para peziarah dan wisatawan
yang berkunjung diwajibkan menaiki 300 anak tangga dengan kaki telanjang.
|
Shri Digambar Jain Lal Mandir merupakan
kuil tertua Jainisme di India. Dibangun tahun 1526, lalu mengalami banyak
perkembangan terutama sejak abad 19. Kuil ini dari material batu pasir merah.
|
Di puncak bukit
kota Shravanabelagola terdapat patung Gomateshwara, ia adalah anak kedua
dari Dewa Adinatha, yang pertama dari 24 orang di bumi yang
"dicerahkan" (Tirthankara). Tingginya 17,38 meter, dibuat sekitar tahun
983 M oleh Chavundaraya, menteri dari Kerajaan Gangga.Setiap 12 tahun
sekali diselenggarakan festival Mahamastakabhisheka di tempat ini. Yakni
memandikan patung Gomateshwara dengan susu, kunyit, dan koin emas.
Desa Khajuraho merupakan salah
satu tujuan wisata paling populer di India. Di desa ini banyak terdapat kuil
untuk pemeluk Hindu dan Jainisme yang sudah berdiri sejak tahun 950 hingga
1.150 M.
[2] http://prabukalianget.blogspot.com/2013/12/jainisme-I_html
diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 11:20 WIB
[4] http://media.isnet.org/iptek/100/Mahavira.html
diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 11:27 WIB
[5] http://agamajain.blogspot.com/2013/06/agam-jain5html
diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 12:03 WIB
[9]
http://agamajain.blogspot.com/2013/06/agama-jain_5.html
diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 12:30 WIB
[10] http://www.anehdidunia.com/2013/04/ritual-sumpah-sallekhana-hingga-ajal.html
diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 11:01 WIB
[11] Ahmad
Shalaby. Perbandingan Agama-Agama Besar
di India : Hindu – Jaina – Buddha . Bumi Aksara : Jakarta. Hal 102-103