Selasa, 21 April 2015

Agama Jaina



PENDAHULUAN

Abad ke-6 SM dianggap sebagai zaman sejarah yang patut mendapat perhatian. Di semua sisi pemikiran manusia, ini menunjukkan suatu keberanian baru. Di semua tempat manusia bangun menyadari tentang keburukan adat-istiadat raja-raja, ketua-ketua agama, dan bencana-bencana yang menimpa mereka. Mereka melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang amat mendalam dan tajam, seolah-olah bangsa manusia, telah sampai ke tingkat remaja setelah menempuh tingkat anak-anak selama dua puluh ribu tahun. Di dalam abad ini di india lahirrlah Mahavira, maha guru agama jaina, dan lahir juga Gautama pendiri Agama Budha. Di negri cina lahir  Konfusius pendidik mahaagung, di iran lahir Ash’aya dan lain-lain guru, di yunani timbul suara Pythagoras, di bandar ephesus di asia minor lahir Heraclitus menyambung perenungan dan penelitian ilmiah mengenai kejadian benda-benda, begitulah gelombang pemikiran menghentak hingga gemanya berbalas-balasan di semua tempat.
Dari latar belakang di atas, kami dapat membuat rumusan masalah berupa sejarah perkembangan agama Jain, pendiri agama Jain, konsep ketuhanan, ajaran dan kitab suci agama Jain, dan ritual serta fenomena agama Jain.

PMBAHASAN 
A.    Sejarah dan pengertian agama jainisme
Jainisme adalah sebuah agama  kuno di India yang mana dikatakan berasal dari keluarga Dharma. Walaupun pengikutnya adalah kelompok minoritas dengan lebih kurang 4,9 juta pengikut di India, pengaruh pengikut Jain pada agama, etika, politik, dan ekonomi cukup besar. Penyebaran luas konsep falsafah India seperti karma, ahimsa, mokhsa, dan reinkarnasi, dilaksanakan juga oleh penganut Jain atau dikembangkan dari sekolah gagasan Shramana, tempat asalnya Jainisme.  Jainisme  adalah agama tua di India yang asal-muasalnya bersisian dengan Hindu. Beberapa kemiripan ajaran Jainisme dan Hindu menimbulkan anggapan kalau agama ini salah satu sekte dari Hindu.
Perbedaan mendasar antara Jainisme dan Hindu terlihat pada Astika dan Nastika. Penganut agama di India dibedakan atas 2 prinsip tersebut. Yang memegang prinsip Astika  menerima otoritas Weda sebagai kitab suci serta melibatkan kepercayaan Brahmani. Nyaya, Mimamsa, dan Yoga termasuk ajaran-ajaran berdasar Astika, dan berarti golongan Hindu. Sementara penganut agama  yang berprinsip Nastika menolak Weda dan kitab-kitab yang dipakai oleh pemeluk Hindu. Jainisme termasuk kelompok ini dan lebih mendasarkan kepercayaan mereka yang anti kekerasan.
Mengenai sejarahnya Jainisme ( bahasa sansekerta-Jainadharma), (bahasa Tamil-Samanam) adalah sebuah agama dharma.[2] Jaina bermakna penaklukan. Agama Jaina bermakna agama penaklukan. Dimaksudkan penaklukan  kodrat-kodrat syahwati di dalam tata hidup manusiawi. sebenarnya ajaran agama jain ini telah lahir sejak dulu, agama jain mengakui bahwa ada 24 Thirtankara atau jiwa sempurna yang kesemuanya dipercayai telah menyebarkan ajaran agama jain keseluruh dunia dari dua puluh empat thirtankara tersebut, Vardhamana atau yang dikenal dengan Mahavira yakni Thirtankara yang ke 24 adalah tokoh jainisme yang paling dikenal dan para penganut agama jain merasa ajaran jain telah cukup sempurana tatkala ditangannya.
Agama Jaina sendiri lahir berdasarkan reaksi dari ketidak setujuannya terhadap ajaran-ajaran agama Hindu, maka pada saat itu terjadi pemberontakan besar terhadap agama Hindu yang dipimpin oleh Mahavira. Mahavira lahir pada tahun 599 SM, ayahnya bernama Sidarta yang merupakan seorang anggota dalam majelis yang memerintah Bandar atau kesatuan ketentaraan di india. Ibunya merupakan anak dari ketua majelis itu yang bernama Tri Sala. Mahavira dilahirkan di wilayah republik Vaisali (Behar), di kampung Basarh, kira-kira 27 mil di sebelah utara kota Patna.[3]
Kedua puluh empat Tirtangkara itu pula yang dipercaya telah menyebarkan agama Jain ke dunia. Berikut ini urutan Tirtangkara, yaitu :
1.      Rshba atau Vrshaba, sapi jantan, emas; 
2.      Ajita, gajah, emas; 
3.      Sambhava, kuda, emas; 
4.      Abhinandana, kera, emas;
5.      Sumati, burung, banagau, emas; 
6.      padmaprabha, bunga teratai, merah; 
7.      Suparsva, berupa swastika, emas;
8.      Chandravhaba, bulan, putih;
9.      Suvihdi, atau Puspadata, iakan lumba-lumba, putih;
10.  Sitala, berupasripasta, emas;
11.  Sreyamsa, atau Sreyan, badak, emas; 
12.  Vasupujya, kerbau, merah;
13.  Vimala, babi, emas; 
14.  Ananta atau Anatajid, burung lang, emas; 
15.  Dharma, halilintar, emas; 
16.  Shanti, kijang, emas; 
17.  Kunthu, kambing, emas; 
18.  Ara, berupa Nandyvarta, emas; 
19.  Malli, kendi, biru; 
20.  Suvrata, atau Munisuvrata, kura-kura, hitam;
21.  Nami, keratai biru, emas; 
22.  Nemi atau Aristanemi, kulit kerang-kerangan, hitam 
23.  Parsva, ular, biru;
24.  Vardhamana, harimau, emas. 

B.     Pendiri agama Jain
Mahavira (yang artinya "pahlawan besar") adalah nama yang biasa digunakan kaum Jain untuk Vardhamana, tokoh utama pengembang agama mereka.
Vardhamana dilahirkan sekitar tahun 599 SM di India sebelah timur laut, di daerah yang sama dengan Gautama Buddha dilahirkan walaupun segenerasi lebih dulu. Anehnya, peri kehidupan kedua orang itu banyak persamaannya yang menarik. Vardhamana anak terkecil seorang pemuka, dan seperti juga Gautama dibesarkan dalam gelimang kemewahan. Di umur tiga puluh tahun, dia jauhkan kekayaan, familinya (dia punya istri dan seorang anak perempuan), meninggalkan lingkungannya yang nyaman, dan memutuskan mencari kebenaran dan kepuasan spirituil.
Vardhamana menjadi pendeta aliran disiplin Parsvanatha yang meski kecil namun teramat keras aturannya. Selama dua belas tahun dia melaksanakan meditasi dan renung diri, dan selama itu melaksanakan batasan-batasan moral serta hidup dalam kemiskin-papaan. Kerap puasa, tak punya milik pribadi dalam bentuk apa pun, tidak sebuah cangkir atau pun piring untuk meneguk air dan mengumpulkan sesuap nasi pemberian orang. Meskipun mulanya ada dia berbaju, tetapi kemudian dicampakkannya dan berjalan kian kemari dalam keadaan tubuh sepenuhnya telanjang bulat. Dia biarkan serangga merayapi badannya dan tak diusirnya walau binatang itu menggigit kulitnya. India itu tempatnya orang-orang suci berkeliaran kian kemari, masuk kampung keluar kampung, melompati got dan selokan, jauh lebih banyak dari sebangsanya di Barat. Walau penampilan dan tingkah laku Mahavira sering-sering menimbulkan godaan orang, cercaan, hinaan dan gamparan, toh kesemuanya itu ditelan dan diendapnya belaka tanpa balasan.
Tatkala umurnya mencapai empat puluh dua tahun, Mahavira memutuskan bahwa dia pada akhirnya sudah mencapai kecerahan spirituil. Dia habiskan sisa umur yang tiga puluh tahun berkhotbah dan mengajar pendalaman spirituil yang sudah diraihnya. Ketika dia tutup mata di tahun 527 SM, dia sudah peroleh banyak pengikut.
Dalam beberapa hal doktrin Mahavira amat mirip dengan ajaran Buddha dan Hindu. Kaum Jain percaya bahwa apabila jasad manusia mati, sang jiwa tidaklah ikut-ikutan mati bersama sang jasad tapi beralih (reinkarnasi) ke badan lain (tak perlu badan manusia) Doktrin perpindahan jiwa ini adalah salah satu dasar pemikiran faham Jainist. Jainisme juga percaya kepada karma, doktrin tentang etika konsekuensi dari sesuatu perbuatan akan menimpanya pula di masa depan. Untuk mengurangi bertambahnya beban dosa dari sesuatu jiwa, yakni menyucikannya, merupakan tujuan utama dari ajaran agama Jain. Sebagian Mahavira mengajarkan, ini bisa dicapai dengan cara menjauhi kesenangan. Khusus buat pendeta-pendeta Jain, dianjurkan melaksanakan hidup dengan kesederhanaan yang ketat. Adalah suatu kemuliaan apabila seseorang membiarkan dirinya mati kering-keranting kelaparan!
Aspek ,agama Jain yang sangat penting adalah tekanannya pada doktrin ahimsa atau tanpa kekerasan. Jain menegaskan bahwa ahimsa termasuk sikap tanpa kekerasan terhadap binatang dan manusia. Akibat dari kepercayaan ini, mereka "vegetarian" alias cuma makan tetumbuhan, termasuk rumput dan alang-alang, kalau doyan. Tapi, penganut yang taat kepada agama Jain ini berbuat lebih jauh lagi dari itu: nyamuk yang menggigit kulit dibiarkan semau-maunya; biar lapar, tidak bakalan mau makan di tempat gelap. Bukankah kalau gelap jangan-jangan bisa kemasukkan lalat atau tertelan kalajengking? Makanya, kalau penganut Jain mau menyapu dia punya jalan atau pekarangan, dia akan rogoh kantong upah orang lain melakukannya, takut siapa tahu nginjak serangga atau cacing.
Dari kepercayaan-kepercayaan macam begini, jelaslah penganut Jain sukar diharapkan tergerak untuk mencangkul tanah. Di tanah banyak semut, gasir, jangkrik dan rupa-rupa binatang kecil, bukan? Bisa mati kegencet mereka itu! Maka nyatanya memang orang-orang Jain tidak bergerak di bidang pertanian. Dan banyak lagi kerja tangan yang dilarang oleh agama mereka. Walhasil, agama Jain bisa dijadikan contoh seberapa jauh sesuatu kepercayaan bisa mempengaruhi tingkah laku dan cara hidup masyarakat. Meskipun mereka hidup di atas tanah areal agrikultur, mayoritas penganut Jain berabad lamanya berkecimpung di bidang perdagangan. Sikap agama Jain mendorong mereka bekerja rajin. Akibatnya, tidaklah mengherankan apabila orang-orang Jain tergolong berada dan partisipasi mereka dalam kegiatan kesenian dan intelektuil India cukup banyak dan menonjol.
Asalnya, agama Jain tak punya sistem kasta. Tapi, berkat interaksi yang terus-menerus dengan agama Hindu, sistem ini berkembang juga di dalam Jainisme, meskipun tidaklah seekstrim Hindu. Hal serupa, meskipun Mahavira sendiri tidak berbicara perihal Tuhan atau dewa-dewa, lewat kontak itu semacam penyembahan terhadap dewata muncul juga. Karena tak ada bahan-bahan tulisan oleh Mahavira, perembesan Hinduisme ke Jainisme tidaklah dapat dihindari. Dari jurusan lain ada pula pengaruh yang masuk, yaitu Jainisme yang mempengaruhi Hinduisme. Misalnya, penolakan Jainisme terhadap pembunuhan binatang dan makan daging tampaknya mempengaruhi kalangan agama Hindu. Lebih jauh lagi, doktrin Jain tentang "tanpa kekerasan" telah menjadi pengaruh yang berkelanjutan dalam pikiran orang India, bahkan hingga ke jaman modern. Misalnya, Gandhi teramat kuat terpengaruh oleh ajaran-ajaran filosof Jain Shrimad Rajachandra (1867 - 1900), yang dianggapnya salah seorang gurunya atau guru spirituilnya.
Agama Jain tak pernah punya pengikut dalam jumlah besar. Kini seluruh jumlah mereka di India hanya sekitar 2.600.000. Ini rasanya bukanlah suatu jumlah besar dalam kaitan dengan jumlah penduduk dunia. Tapi, bila digabung jumlah mereka dalam masa antara 2500 tahun, tentu merupakan jumlah yang besar juga. Dalam hal menetapkan arti penting Mahavira, orang harus memperhitungkan agama Jain, yang mungkin lebih dari lain-lain agama, punya pengaruh yang lestari terhadap kehidupan para penganutnya.[4]

C.    Konsep ke-Tuhanan, ajaran  dan kitab suci Jainisme
1.      Konsep tentang Tuhan
Agama jain atau jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau penguasa dunia ini. Walaupun demikian menurut Hut Chison, paham jainisme tidak termasuk atheis, melainkan disebut non-teisme. Penyebutan ini didasarkan pada corak pada agama tersebut tentang apa yang disebut tuhan. Agama Jain mengakui keberadaan apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa sang maha kuat tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam dosa dengan sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya. Para pakar telah mencoba meneliti mengapa jainisme menolak tuhan, namun mereka baru memperkirakan saja mengenai sebab tersebut.Yakni yang  pertama. Jainisme merasa tuhan-tuhan itu tidak ada perlunya karena manusia sendiri mampu mencapai kelepasan melalui kekuatannya sendiri tanpa harus bergantung secara neurotik terhadap kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya. Kedua, karena tuhan-tuhan itu malah seolah-olah dianggap sebagai hal yang dijelaskan berdasarkan prinsip-prinsip irasional. Sebab lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah latar belakang krisis politik dan kemerosotan  kemasyarakatan  pada saat itu. Kemudian pentingnya upacara korban dan pentingnya kedudukan para Brahmana sebagai tulang punggung sistem kasta.[5]

2.      Ajaran agama Jainisme
Jainisme tidak lain adalah gerakan revolusioner terhadap sebagian ajaran Hindu yang pengaruhnya meresahkan  masyarakat. Sistem kasta telah menciptakan benih permusuhan dan kebencian antar-golongan. Jiwa masyarakat yang tadinya bersatu, diguncang dengan kedengkian satu sama lain karena sistem pelampisan sosial yang ekstrim tersebut. Ketika sistem kasta tersebut, menurut keyakinan Hindu dianggap sebagai kehendak dewa, Mahavira menentangnya akibat penentangan itu, Jainisme dianggap aliran Atheis. Dari sinilah terjadi kekosongan besar pada agama Jain karena sikap Mahavira tidak mengakui dewa, padahal pengakuannya tersebut bisa menyempurnakan aliran baru yang diserukan itu.
Diantara kepercayaan Jainisme adalah tidak mengakui sistem kasta. Kala itu, setiap orang berusaha untuk terbebas dari kasta yang kemungkinan kecil hanya didapat dengan bekerja. Pada sisi lain, Jainisme melihat bahwa kemampuan manusia tentu berbeda dalam menanggung dan menjalankan ajarannya. Karena itu, mereka membagi manusia menjadi dua golongan sesuai kemampuan: golongan khusus dan golongan umum (awam). Golongan khusus adalah pendeta-pendeta, orang-orang pertapa yang mengamalkan latihan-latihan berat dan pengharaman diri serta meninggalkan keluarga dan rumah karena menjelajahi negara-negara, kota-kota, dan kampung-kampung. Sementara golongan umum adalah mereka yang mengambil jalan yang dilalui oleh orang-orang khusus tadi.
Jainisme didirikan dan dikembangkan oleh 24 orang Tirthankara. Tirthankara adalah seorang yang menyeiaka kapal yang besar untuk menyebrangi luasnya lautan Samsara. Kapal itu adalah Dharma dan Tirthankara itu adalah objek ibadahnya, yang merevitalisasi ajaran Dharma di dunia.
Ajaran agama TÄ«rthaá¹…karas membentuk dasar untuk Jain kanon. Pengetahuan batin TÄ«rthaá¹…kara sempurna dan identik dalam segala hal dan ajaran mereka tidak bertentangan satu sama lain. Namun, tingkat elaborasi bervariasi sesuai dengan kemajuan spiritual dan kemurnian masyarakat selama periode kepemimpinan mereka. Semakin tinggi kemajuan spiritual dan kemurnian pikiran masyarakat, semakin rendah elaborasi yang dibutuhkan. Sementara Tirthankaras didokumentasikan dan dihormati oleh orang-orang iman Jain, kasih karunia mereka dikatakan tersedia bagi makhluk hidup, terlepas dari orientasi keagamaan.
Asketisme[6]
Menurut jainada dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama bahwa kehidupan asketik dianggap sebagai salah satu macam atletikisme spiritual yaitu latihan spiritual para atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa kehidupan asketik itu menempatkan prinsip serba dua antara materi dan spirit (jiwa). Alu mencari cara untuk membebaskan jiwa yang terkurung dalam daging.
Jainisme sangant mementingkan asketisme.Hal ini diandaikan sebagai perjuangan mahavira untu memperoleh pengetahuan agung.Karena itu sifat asketik jainisme menjadi bgitu ekstrim dan ketat.
Etika Penganut Agama Jain[7]
Masyarakat jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik.Sementara dalam kasus orang umum hal itu bisa di modifikasi.
Untuk pendeta ada lima sumpah yang disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1) ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya (tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan pikiran, perkataan dan prbuatan).Dalam hal orang umum, aturan ini bisa di modifikasi dan disederhanakan.
Untuk orang awam ada 12 aturan yang semula berasal dari aturan pendeta. Keduabelas aturan tersebut yaitu :
1)      Tidak pernah menyengaja melenyapkan kehidupan dari makhluk yang berorgan indra
2)      Tidak pernah berbohong
3)      Tidak mencuri
4)      Tidak berzina
5)      Tidak tamak
6)      Menghindari godaan-godaan
7)      Membatasi jumlah barang yang dipakai sehari-hari
8)      Menjaga hal yang berlawanan dengan usaha untuk menghindari dari kesalahan-kesalahan
9)      Menjaga periode-periode meditasi yang telah dicapai
10)  Mengamati periode-periode penolakan diri
11)  Memanfaatkan periode-periode kesempatan menjadi pendeta
12)  Memberi sedekah
Umat awam juga memegang prinsip ahimsa, dengan melakukan diet vegetarian dan selanjutnya melarang diri makan telor.[8]
Konsep tentang karma
Jainisme tetap menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india, dan mengajarkan bahwa karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep karma dalam jainisme  berpangkal pada prinsip dualism antara jiwa dan benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut jainisme tubuh manusia itu memenjarakan jiwanya.
Menurut jainisme karma adalah energy jiwa yang dengan energy itu menyebabkan penggabungan jiwa dan benda dan kekotoran berikutnya dari jiwa itu. Menurut jain karma bisa dibersihkan, prose pembersihan karma disebut dengan nirjana, jika proses nirjana ini berjalan terus tanpa rintagan maka pada akhirnya semua karma akan tercabut dari jiwa dan akan mencapai tujuan utama hidup.
Tujuan utama dari orang Jain adalah menjadi seorang Paramatman, satu jiwa yang sempurna. Ini akan dicapai ketika semua lapisan karma, yang dianggap sebagai substansi, dibuang, yang memungkinkan jiwa muncul ke atas sampai di langit-langit alam semesta, dari kegelapan kepada cahaya, dimana, di luar Dewa-dewa dan perpindahan jiwa yang sedang terjadi, jiwa tinggal selamanya dalam kebahagiaan yang sunyi dari moksha. Moksha didefiniskan dalam agama Jain sebagai pembebasan, penyatuan diri (self-unity) dan integrasi, kesendirian yang murni dan ketenangan yang abadi, bebas dari tindakan dan keinginan, bebas dari karma dan kelahiran kembali. Moksha dapat dicapai dalam hidup ini atau pada waktu setelah mati. Ketika ia dicapai, manusia telah memenuhi tujuannya sebagai manusia-Tuhan (man-God). Bagi agama Jain tidak ada Tuhan pencipta dan, karena itu, tidak ada persatuan dengan Tuhan.Hakikat dari jiwa adalah kesadaran murni, kekuatan, kebahagiaan dan maha tahu.[9]


3.      Kitab suci agama Jainisme
Kitab suci di dalam agama Jain (Siddhanta) itu bermakna : pembahasan. Dan  kitab suci Jain bisa disebut dengan nama Agamas yang bermakna : perintah, ajaran, dan bimbingan. Kitab suci Jain  hanyalah sekumpulan 55 khotbah Mahavira, beberapa pidato dan wasiat yang berhubungan dengan para murid, pendeta, dan ahli ibadah aliran tersebut. Warisan ini turun-temurun berpindah secara lisan yang baru terkumpul pada abad ke-4. Pada waktu itu, para pemuka agama Jain berkumpul di kota Paleopatra. Mereka berdiskusi perihal kodifikasi warisan Mahavira tersebut karena khawatir hilang dan tercampur dengan sesuatu yang lain. Mereka mengumpulkan sebagian isi kitab dalam beberapa buku dan berselisih tentang sebagian sumbernya.Namun, mereka belum berhasil menyatukan suara masyarakat guna menyepakati rencana kodifikasi tersebut.
Oleh karena itu, penulisan undang-undang Jainisme ditunda sampai tahun 57 M. akhirnya, mereka membukukan sebagian naskah yang didapatkan setelah cukup banyak  kehilangan warisan tersebut. Pada abad ke-5 M, mereka menyelenggarakan pertemuan lain di kota Welapehi yang menyepakati pendapat terakhir tentang warisan Jainisme yang mereka anggap suci. Kali pertama, buku tersebut ditulis dalam bahasa Ardaha Majdi, (bahasa kepustakaan sebelum masehi)  kemudian ditulis dengan bahasa Sanskerta pada abad-abad Masehi. Selain itu orang Jain juga percaya dengan permata yakut yang tiga atau bisa disebut Tiga Ratna Jiwa diantaranya yaitu:
1.      Permata atau mutiara yang pertama
Adalah itikad  yang  sah, dialah  puncak  penyelamatan. Maksud mereka adalah percaya kepada para pemimpin Jain yang dua puluh empat itu. Itulah aturan yang dipuja dan jalan yang lurus. Itikad yang sah tidak ada kecuali setelah diri terlepas dari kotoran-kotoran dosa yang  melekat padanya dan yang menghalangi sampainya ruh kepada itikad ini.
2.      Permata atau mutiara yang ke dua
Adalah  ilmu yang benar, maksudnya adalah pengetahuan mengenai alam dari kedua segi rohaninya dan kebendaan serta membedakan diantara keduanya. Martabat pengetahuan  ini berlainan menurut kekuatan penglihatan hati dan kejernihan ruh. Seseorang yang memisahkan  pengaruh dari kekuatan rohani serta sinarnya dapat melihat alam dalam bentuk yang sebenarnya, segala hakikat terbentang di depannya, tabir-tabir tebal tersingkap darinya yang menyebabkannya dapat membedakan antara kebenaran dan kesalahan, antara sangkaan dan keyakinan. Dia tidak diraguhkan oleh apapun . Ilmu pengetahuan yang benar ada sesudah itikad yang sah.  
3.      Permata atau mutiara yang ke tiga 
Adalah akhlak yang benar, maksudnya adalah  bersifat dengan akhlak Jain seperti melakukan kebaikan meninggalkan keburukan, tidak membunuh, tidak berbohong, tidak melakukan pencurian, tidak melakukan kecurangan dan berzuhud dengan barang-barang kepunyaan sendiri. 
Ketiga mutiara ini saling berkaitan.Tatkala seorang manusia itu telah sempurna maka dia mendapati suatu kenikmatan dan kebahagiaan  yang tidak dapat ditandingi oleh kenikmatan dan kebahagiaan manapun.

D.    Ritual ibadah dan fenomena agama Jainisme
1.      Praktek ritual agama Jainisme
a.      Samayik (keadaan keseimbangan)
Adalah salah satu praktek ritual yang paling penting dari Jainisme di mana kami mencoba untuk mendekati jiwa kita. Selama samayik, kita duduk di satu tempat selama empat puluh delapan menit mengisolasi diri dari rumah tangga sehari-hari, sosial, bisnis, atau kegiatan  sekolah.
b.      Chaturvimsati (menyembah 24 tirthankara)
Merupakan ritual keagamaan penting Jainisme. Ketika seseorang mencapai Sambhav di Samayik, orang berpikir tentang mereka kepribadian yang besar yang menunjukkan jalan `samta`. Yang berikutnya juga berpikir tentang Gunas mereka (karakteristik). Ini adalah konsep di balik chaturvimsati. Vandan (menawarkan salam ke saddhus (bikhu) atau sadvhis (bikhuni)
Selama vandana, kita tunduk kepada para biarawan dan biarawati dan mengungkapkan rasa hormat kita kepada mereka. Mereka adalah pemandu agama kita saat ini, dan preceptors. Sementara membungkuk, kita menjadi rendah hati, dan dengan demikian, ini membantu kita untuk mengatasi ego dan amarah.
c.       Pratyakhyan (penolakan)
Ini adalah penolakan formal kegiatan tertentu, yang mengurangi atau menghentikan aliran dari karma. Pratyakhyan membantu kita untuk belajar mengendalikan keinginan kita dan mempersiapkan kita untuk penolakan yang lebih besar.
d.      Ibadah Harian
Umat jain juga taat melaksanakan ibadah harian atau pemujaan harian yakni penyembahan terhadap berhala. dalam penyembahan berhala ada tiga tingkatan atau tiga tahap yakni puja, vandan kirtan dan aarati.
1)      Puja dalam penyembahan ini ada 8 macam yakni:
a)      Jala (Air) Puja : Air melambangkan laut. Setiap makhluk hidup terus perjalanan melalui laut kelahiran, kehidupan, kematian, dan penderitaan. Puja ini mengingatkan bahwa orang harus menjalani hidup dengankejujuran, kebenaran, cinta dan kasihsayang terhadap semua makhluk hidup. Dengan cara ini orang
akan mampu menyeberangi Samudera Hidup dan mencapai Moksha atau pembebasan. Jalur
pembebasan adalah Samyak Darshan, Samyank Jnan dan Samyak Charitra dalam agama Jain.
b)      Chandan (Sandal kayu) Puja : Chandan melambangkan Pengetahuan (Jnan). Selama puja ini, kita harus merenungkanPengetahuan yang tepat. Pengetahuan yang benarberarti pemahaman yang tepat tentang realitas yangtermasuk Jiwa, Karma, danhubungan mereka. Jainsim percaya bahwa Pat dari Pengetahuan adalah jalan utama untuk mencapai pembebasan.
c)      Pushpa (Bunga) Puja:Bunga melambangkan perilaku. Perilaku kita harus seperti bunga, yang menyediakankeharuman dan keindahan kepada semua makhluk hidup tanpa diskriminasi. Kita harus hidup hidup seperti bunga dengan penuh cinta dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup.
d)     Dhup (Dupa) Puja:Dhup melambangkan kehidupan pertapa. Sambil membakar sendiri, Dhup memberikan keharumanlain. Demikian pula biarawan dan biarawati benar menghabiskan seluruh hidup mereka tanpa pamrih untuk kepentingan
dari semua makhluk hidup. Puja ini mengingatkan bahwa seseorang harusberkembang untuk hidup asketis yangakhirnya mengarah pada pembebasan.
e)      Deepak (Candle) Puja:Nyala Deepak merupakan Kesadaran Murni atau Jiwa tanpa perbudakanatau Jiwa Dibebaskan. Dalam Jainsim, jiwa seperti ini disebut Siddha atau Tuhan. Tujuan utama dari setiap makhluk hidup adalah menjadi bebas darikarma.
f)        Akshat (Beras) Puja:Beras rumah tangga adalah jenis biji gandum, yang non-subur.Satu tidak bisatumbuh tanaman padi dengan penyemaian padi rumah tangga. Secarasimbolis itu berarti bahwa beras merupakankelahiran terakhir. Dengan melakukan puja satu ini harus berkembang untuk menempatkan semua upaya dalam kehidupan sedemikiancara bahwa kehidupan ini menjadi kehidupan lalu seseorang dan setelah akhir kehidupan yang satu ini akandibebaskan dan tidak akan terlahir kembali.
g)      Naivedya (Manis) Puja:Naivedya melambangkan makanan lezat. Dengan melakukanpuja ini, kita harus berkembang untuk mengurangi ataumenghilangkan keterikatan pada makanan lezat. Makanan sehat sangat penting untuk kelangsungan hidup,
Namun tidak ada yang harus hidup untuk makan makanan lezat. Tujuan utama dalamkehidupan seseorang adalah untukmencapai kehidupan di mana tidak ada makanan sangat penting bagi keberadaan kita dan itu adalah kehidupan dibebaskan
jiwa, yang tinggal di Moksha selamanya dalam kebahagiaan tertinggi.
h)      Fal (Buah) Puja:Buah melambangkan Moksha atau Liberation. Jika kita menjalani hidup kita tanpa lampiran untuk urusan duniawi, terus melakukan tugas kita tanpa harapan dan penghargaan, disaksikan semua peristiwa yang terjadi di sekitar dan di dalam kita, benar-benar ikuti kehidupan pertapa, dan memiliki cinta dan kasih sayang kepada semua makhluk hidup, kita akan mencapai buah Moksha atau pembebasan. Ini adalah puja terakhir melambangkan akhir pencapaian hidup kita.
Pada akhirnya kami menghiasi berhala-Call Aangi-biasanya sangat menarik,
menciptakan bhav baikselama Darshan.
2)      Vandan Kirtan
Setelah penyembahan berhala dilakukan, kita lakukan bahv puja, membaca studi, lakukan chaitya Vandan dll. Semua upacara membantu kami dalam dua cara. Pertama, kita merasa senang, hati kita mengalami suatusukacita internal. Kedua, membantu dalam menghancurkan kashayas, bibit tanamankualitas baik dalamkita dan menghancurkan banyak karma. Memahami arti dari semuasutra pasti membantu kitadalam meningkatkan bhava, sukacita dan bukannya ritual, menjadi kebutuhan sehari-hari.
3)      Aarati
Biasanya aarati telah dilakukan di malam. Ini melambangkan kegembiraan setelah melakukan semua kegiatan agama di kuil. Ini menghancurkan semua karma dan membawa kebahagiaan hidup.
2.      Perayaan agama Jain
a.      Dua belas tithies
Dua belas tithis di setiap bulan-2, 5, 8, 11, 14 dan 15 hari masing-masing setengah siklus bulan. Kebanyakan Jain mengamati lima hari, Shukla 5th, dua 8th dua hari ke14. Jainshastra menunjukkan Aaushyaabandh untuk kehidupan selanjutnya terjadi pada salah satu dari hari-hari ini.
b.      Hari Tahun Baru
Kartak shukla akam gautam berenang yang Keval ghyan hari
c.       Ghyan panchmi
Ghyan panchmi adalah 5 hari Tahun Baru. Upaya terkonsentrasi terhadapmenghapus ghyanavarniya karma. Kitab Suci disembah dengan besarpengabdian. Bukudibersihkan dan diperbaiki jika diperlukan.
d.      Chaumasi chaudas
Tiga Shukla Chaudas di bulan Kartak, Falgun dan Ashadh.
e.       Dev Diwali atau Kartak poonam
Akhir Chaturmas atau musim hujan-sadhus Restart vihar dan pegunungan shatrunjaymembuka kembali bagi para peziarah
f.       Mauna agiyaras
Ini adalah hari yang sangat menguntungkan sebagai benar-benar 150 Kalyanaks (dalam 10 bhumies karma)telah terjadi. Dalam Bharat itu adalah hari ulang tahun Diksha kalyanak dari18th Tirthankar Aarnathj, kevalghyan kalyanak, untuk ke-21 Tirthankar Neminathjidan Kelahiran, Diksha dan Keval ghyan kalyanak untuk ke-19 Tirthankar Mallinathji.Setiap kegiatan relegious dilakukan pada hari ini lebihbermanfaat daripada hari lain.Terutama kita mengamati diam, tetap dalam meditasi sepanjang hari. Cepat dilakukanpada hari ini memberikan buah dari 150 puasa.


g.      Poh dasmi
Tiga hari puasa (sebagian atau lengkap) jatuh pada VAD 9, 10 hari-11margshirsh.Three kalyanaks dari 23 Tirthanker Parshvanathji di Magshirsh.
h.      Navpad
Oli Parva adalah puasa parsial, satu kali makan sehari tanpa vigai, sembilan hari berurutan dan meditasi diarahkan ke Navpad atau siddhachakra Aradhna, biasanya jatuh pada (April dan Oktober) Lunar bulan Chaitra & Aso dari 7 hingga hari ke-15.
i.        Mahavir Janma
Chaiitra shukla teras Anda simbolik snatra pooja dilakukan. Jain berkumpul untuk mendengarkanPesan Mahavirs, presentasi dramatis Trishlas mimpi dan kelahiran Bhagwans.
j.        Akshay trutiya
Vaishak shukla trija-Bhagwan Rishabhdev bisa mendapatkan yang tepat alm (dengan air tebu) setelah 400 hari puasa. Jain memberi penghormatan kepada Palitana atau Hastinapura Tirth hari ini.
k.      Paryushan parva
Parva ini dikenal sebagai raja semua parvas. Delapan atau 10 hari periode selama Jain yang cepat, melakukan enam hal penting yang jantung dari semua Tanpa Kekerasan tujuh hari pertama  adalah jenis atau pra-persiapan hari untuk final hari-hari pengakuan dosa. Orang-orang pergi ke kuil setiap hari, mendengarkan wacana di upashraya. Biasanya, Acharya maharaj membaca kalpa sutra, dan gaandhaarwad
l.        Kehidupan Mahavirs.
Digmbers merayakan selama sepuluh hari - setiap hari selama 10 atribut nyata jiwa jugadisebut Das-Lakshna parva.
m.    Perayaan Diwali
Perayaan Diwali menandai peringatan Mahavira. Ketika Mahavir meninggalkan tubuh-Nya di bumi selamanya, itu adalah malam gelap Aso Amas. 18 Kings dijemaat memutuskan untuk menerangi lampu-Divas. Ini menciptakan cahaya yang luar biasa. menandakan bahwa pengetahuan Mahavir masih hidup
n.      Sumpah Sallekhana[10]
Dalam agama Jainisme, dosa bunuh diri dianggap sama beratnya dengan membunuh orang lain. Kitab-kitab umumnya mengatakan bahwa kematian dengan cara bunuh diri mengakibatkan seseorang menjadi hantu. Bagaimanapun, agama Jainisme menganggap bahwa bunuh diri melalui puasa dengan berbagai keadaan tertentu dapat diterima. Perbuatan ini yang dikenali sebagai Sallekhana, yang memerlukan banyak waktu dan daya pikir sehingga tindakan tersebut tidak lagi merupakan suatu tindakan yang mengikuti suara hati. Perbuatan tersebut juga memberikan waktu untuk seseorang menyelesaikan semua urusan duniawinya, merenung tentang kehidupan, serta mendekati diri dengan Tuhan.
Jainisme, Secara tradisional dikenal sebagai Jaina , adalah sebuah agama India yang mengatur jalan non-kekerasan terhadap semua makhluk hidup. Ini adalah salah satu agama tertua di dunia menemukan akarnya di India kuno. Tradisi mengatakan bahwa keyakinan ini telah diberitakan oleh suksesi dua puluh empat dai iman yang dikenal sebagai tirthankara. Jainisme menekankan kemandirian dan kesetaraan antara semua bentuk kehidupan. Praktisi agama ini percaya bahwa non-kekerasan dan pengendalian diri adalah cara yang mereka dapat memperoleh pembebasan dari siklus reinkarnasi
Ritual ini bisa dibilang sangat ekstrim dimana seseorang penganut ajaran ini melakukan puasa hingga ia meninggal. Sallekhana adalah ritual agama Jain untuk bunuh diri dengan berpuasa. Karena sifat berkepanjangan Santhara, seseorang diberikan waktu yang cukup untuk merenungkan hidupnya. Sumpah Sallekhana diambil ketika seseorang merasa bahwa kehidupannya telah mencapai puncaknya. Tujuan dari sumpah ini adalah untuk membersihkan karma lama dan mencegah terciptanya karma yang baru.
Seorang yang sedang menjalankan ritual sumpah sallekhana hingga meninggal dan setelah meninggal akan dibakar namun sebelumnya di arak sebagai simbol kebanggaan telah menjalani ritual tersebut untuk menuju ke hadapan Yang Maha Kuasa.

PENUTUP




Agama Jain adalah agama yang ada sejak abad 6 sebelum Masehi. Agama ini adalah agama yang hanya ada di negara India. Pendiri agama ini adalah Mahavira yang diyakini merupakan Tirtangkara ke dua puluh empat. Agama ini merupakan bentuk penberontakan atau ketidaksetujuan terhadapa ajaran agama Hindu yang dikuasai oleh kaum Brahmana. Agama ini lahir dari kaum kesatria agama Hindu yang merasa tidak cocok dengan kaum Brahmana. Agama ini memiliki ajaran berupa larangan membunuh semua makhluk hidup. Agama ini juga mengajarkan tentang penyelamatan, yaitu pembebasan ruh dari karma dan ruh yang kekal di dalam kenikmatan yang abadi. Jalan yang ditempuh untuk mencapai penyelamatan sangat sulit dan berat. Yaitu ahli ibadah tidak di perbolehkan menyakiti manusia atau binatang walau sedikitpun, menundukkan segala perasaan, emosi, dan keinginan. Untuk mencapai keadaan seperti ini, seorang pendeta di haruskan tidak merasa kasih atau benci, suka atau duka, panas atau dingin, takut atau malu, lapar atau dahaga, dan baik atau buruk.[11] Hal ini di buktikan bertelanjang tanpa merasa malu dan mencabut rambut di sekujur tubuh tanpa merasa sakit, karena kalau dia merasakan kebaikan atau keburukan dalam kehidupan di dunia ini atau peraturan peraturan yang sudah ditentukan, maka ini berarti dia masih bergantung dengan semuanya dan masih tunduk kepada ukuran-ukurannya. Keadaan bergantung pada duniawi akan menjauhkan seseorang dari penyelamatan. Agama Jaina di namakan agama telanjang dan agama bunuh diri karena mengajarkan bertelanjang dan berlapar-lapar hingga mati.








https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgem41I37PI-2FDvtTrscBnb08bdsM4u-h6v_Eawe8yjjJ7lHSJLa3UELyE5JCqRsTdZIgnoi097Sl4z82VFprppoDsT3MKZCLf-KanzXGGzX12_HFA2oT7ASg7getzUhVfooGT5l1amR8/s320/mahavira.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0u_d6tqlFzo5VT_4xB7cuNv6X8KshaIqlae_vriEWkCoFG2XJc5Nzi_z6SmuLbuVACE92TuVvFu3XdaPX3VakMPvztSnZQDj816B9fF8MkyzVvcfCkXg6hyphenhypheniO36p5InBmDmdGvJ6GGS6c/s640/Thousands+of+Jains+attended+last+rites+of+Jain+woman+who+underwent+Sallekhana+or+Santhara+the+fasting+to+death+ritual.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWNg8PATvbOFX9y2SZK8G_1GFu9Safqkzg_Fmh9YWAhsTBNi1qhcfM1eav4qMydnEnIBUykfdCNnQkkj30eulRiqFXp32C4u-Egf7NYFeLe88VR1__nYkLc5LAvYBDXv3sCdPd1NC85Z0/s400/Sonagir-iapakabardunia.jpg
Kuil Sonagiri terletak di puncak bukit kota Sonagiri (arti: puncak emas). Para peziarah dan wisatawan yang berkunjung diwajibkan menaiki 300 anak tangga dengan kaki telanjang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoEuvZQcvT5Q8n4yChIQV7MgYPLxrsQXl6djce5XSYnDHjrm5369jr4qygpqk_lcFwSQLApAtwg-JAKYgUrGrLu7Ui144ygrUuA9W-DJ6IW6QoAcji7p-C7ISD1ZdqCho9UfAHBlpAdZg/s400/lal+mandir-apakabardunia.jpg
Shri Digambar Jain Lal Mandir merupakan kuil tertua Jainisme di India. Dibangun tahun 1526, lalu mengalami banyak perkembangan terutama sejak abad 19. Kuil ini dari material batu pasir merah.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx_hxvOybOL7VO96mz2U8WkNIcLibSaKTyKg1aboLcapMDk5GZA8aLblTVOOWXX3rZWyLpNbHOOurHF0TKhf4OolTrxiORDKXFjj4FveZ9S00ga5V5GaGkVc4Krp1b-W1yHy0k-OrwibM/s400/Gomateshwara+Temple-apakabardunia.jpg
Di puncak bukit kota Shravanabelagola terdapat patung Gomateshwara, ia adalah anak kedua dari Dewa Adinatha, yang pertama dari 24 orang di bumi yang "dicerahkan" (Tirthankara). Tingginya 17,38 meter, dibuat sekitar tahun 983 M oleh Chavundaraya, menteri dari Kerajaan Gangga.Setiap 12 tahun sekali diselenggarakan festival Mahamastakabhisheka di tempat ini. Yakni memandikan patung Gomateshwara dengan susu, kunyit, dan koin emas.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrLpaukZI55dVV_YFCbQud1eQBtL2p9RWbR1a8LIqj1sm1e8ZTSMwkJM9Lo6zgtEcwk94MtfJBYo84XJErVeAwz9ROskRb-la8LAQT787wQCRSchRWv-wR0lOW0idHrmI2RFjihaHsrgc/s400/Khajuraho+Jain+Temples-apakabardunia.jpg
Desa Khajuraho merupakan salah satu tujuan wisata paling populer di India. Di desa ini banyak terdapat kuil untuk pemeluk Hindu dan Jainisme yang sudah berdiri sejak tahun 950 hingga 1.150 M.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC5emKSiomGOIJx5TQ9YjEpc_uu_y4OQjtf_Gj1E27PfWZmrv5yg1cciVXeRfUC6lDQyNKwnlXSnXe7IrVHKbF-XKid6moxVLQK8gP0M6PlT76PhB1SV49GWZdTPlcO4niapNC-gtWyBk/s1600/Ritual-Sallekhana.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpny2fBvTg0gUIyl3DX-QEoh7iB0B1KKjSKMqb3Fps7CtMvCwv6OE8V-ZZE9U-3SFupVgEgZK-JcZZHj80YypnonjlzLMJ1XI4cON652cTdHpnh2VoQK0K-H6Qa72-wnCyntm6pqqUldQ/s1600/Sumpah-Sallekhana.jpg





[2] http://prabukalianget.blogspot.com/2013/12/jainisme-I_html diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 11:20 WIB
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/jainisme  diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 11:09 WIB
[4] http://media.isnet.org/iptek/100/Mahavira.html diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 11:27 WIB
[5] http://agamajain.blogspot.com/2013/06/agam-jain5html diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 12:03 WIB
[7] ibid
[9] http://agamajain.blogspot.com/2013/06/agama-jain_5.html diakses pada tanggal 16 April 2015 pukul 12:30 WIB
[11]  Ahmad Shalaby. Perbandingan Agama-Agama Besar di India : Hindu – Jaina – Buddha . Bumi Aksara : Jakarta. Hal 102-103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar